Gerimis rintik-rintik turun di
desa Pelangi Permai. Waktu itu sedang berlangsung lomba 17-an antar warga.
“Tiga... dua... satu...., mulai!” Perlombaan balap keong pun berlangsung. Keong
si Komo bernomor 88 –yang katanya nomor keberuntungan si Komo– melesat bagaikan
air selokan agak mampet alias tersendat. Ditengah perlombaan yang membosankan itu,
si Komo teringat akan Tugas Akhirnya. Maklum, dia adalah mahasiswa tingkat
akhir di UniPeM (Universitas Pelangi Permai). Tingkatnya pun bukan tingkat 7
atau 8, tetapi tingkat 14 yang hampir DO atau Drop Out.
Sesampainya di kosan, si Komo
disambut kecoa terbang di depan kamarnya dan tahi tikus berserakan (sungguh ini
sebagian besar gambaran keadaan kamar kos mahasiswa tingkat tu*a sedang TA).
“Shiiittt... Banyak tahi di mana-mana! Lembar judul dikrikiti, lembar pembatas
digondhol. Tikus sialan,” kelakarnya mengetahui keadaan itu. Bergegas si Komo
memanggil kesepuluh teman sekosannya dengan membuat sayembara, “Barang siapa
mau dan sanggup membersihkan kekacauan kamar kos Komo, akan diberi hadiah
DINNER bareng.” Dengan ukuran font tulisan “DINNER” sebesar 48, sedangkan
kata-kata lain hanya 12. Sontak 10 teman kos yang kelaparan itu langsung terperdaya membantu si Komo hingga kamarnya seperti kamar hotel bintang mawar (ga bagus-bagus
amat sih, orang dari gedheg ukuran 3x3).
Malamnya mereka makan malam di
kucingan bersebelas sambil cekaka-cekiki bersama ala mahasiswa sok muda. “Boy,
gimana TA kalian?” tanya si Boy -salah satu teman si Komo- kepada teman-teman
yang lain sampai menghasilkan banyak jawaban, seperti :
“Gua sih lancar, cuy, besok mau
revisi bab 5 nih. Udah mau seminar gitu haha,” jawab si Cuy.
“Kalau aku sih masih proses bab 2
nih, dab. Doakan yak,” mohon si Dab.
“Wah... Sukurlah, boy, kalau
kalian pada lancar-lancar aja. Lah elu gmn, mo Komo? Kagak move-on kayanya dari
lembar judul yang dimakan tikus tadi,” ejek si Boy ke si Komo
“Woee..,” gertak si Dab karena si
Komo ngalamun. Sontak si Komo tersadar bahwa dia sedang emut-emut pisang goreng
sampai hampir keluar tunas baru.
“Ngalamun aja. Gmn TA, mo?” tanya
si Boy ke si Komo. “Tenang cah, yang penting sekarang makan nasi kucing dulu
sampai puas. Sebentar lagi aku seminar TA, kok,” jawab si Komo dengan gaya sok
diplomatis.
 |
Si Komo Tua |
Tiba akhirnya tanggal 16 Agustus
malam tahun 2088. Oleh karena yang punya kos adalah bapak RT, jadi si Komo dan
teman-teman kosnya diajak ikut tirakatan. Sampai pengumuman pemenang
lomba-lomba 17-an tiba, si Komo teringat telah meninggalkan keong kebanggaannya
demi melanjutkan Tugas Akhirnya. “Waduh, gimana nih nasib keong ku?” pikir si
Komo. Pak RT lalu mengumumkan pemenang lomba, “Yak juara ketiga lomba balap
keong adalah si Skripsi (anak pak RT), juara kedua adalah si Sidang (sahabat si
Skripsi). Oke, siap-siap ya, pemenang yang pertama adalah...........”
*eitss.. mau tahu hadiah
bocah-bocah tadi? Oke dijelasin di sini, si Skripsi karena dapet juara tiga dia
dapat hadiah kertas 1 rim (untuk print laporan katanya). Kalau si Sidang dapet
hadiah pensil HB dan pensil 2B (katanya buat ikutan tes cari kerja). Lanjut
ceritanya...
“Oke, siap-siap ya, pemenang yang
pertama adalah........... si KOMO,” seru pak RT. Plok...plok...plok... Ucapan
selamat mengalir deras ke si Komo sebagai pemenang lomba. Majulah dia ke
panggung dan mendapatkan hadiah. Hadiah apa itu? Hadiah yang didapat si Komo
adalah seperangkat toga dan sebuah gelar “,ST” dari pak RT. “Selamat ya, mo.
Sekarang udah lulus, semoga sukses ya. Temen-temenmu ini semoga menyusul,” seru
teman-teman agak-seperjuangan TA-nya. Sampai si Komo menangis hingga membasahi mata, pipi dan rambutnya.
He?! Rambut?! Mana bisa air mata
naik ke rambut. Usut punya-usut, ternyata air mata tersebut merembes melalui
kain yang sedang digunakannya sebagai alas tidur. Sungguh mengenaskan karena ia
sedang tertidur dan bermimpi akan kelulusannya. Terbangun dan melihat kamar
teman-teman sekosannya, sekarang terisi “anak-anak botak” alias mahasiswa baru.
Sejak saat itu, si Komo menjadi
rajin ketik-ketik pakai Microsoft Word, rajin ke jasa print untuk print
laporannya, rajin ke kampus konsultasi dengan dosen pembimbing TA, tak lupa
sambil cari-cari lowongan tempat dia akan berkarir seusai dengan keinginan / passion-nya. Sampai akhirnya di akhir
tahun 2088 si komo lulus sebagai ST (Sarjana Tua) di UniPeM.
Akan tetapi, itu hanya awal. Awal
si Komo menyandang predikat “Pengangguran”. Semangat kawan, inilah awal hidup
baru di akhir perjuanganmu berkutat dengan kuliah.
 |
Pelangi sesudah Gerimis Rintik |
-MasRisang-
Sumber gambar : google.com ; koleksi pribadi